Kamis, 06 Juni 2013

Isra' Mi'raj 1434H

Isra Miraj

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(QS. Al-Isra':1)

"Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar."
(QS. An-Najm:13-18)



Selamat memperingati Isra' Mi'raj 1434H, semoga kita bisa mendapat setetes hikmah sebuah perjalanan Nabi besar Muhammad SAW.


SIGNBOARD ADVERTISING 

Sabtu, 01 Juni 2013

Berita Kota : Sepatu Bata

Riwayat Singkat
PT. Sepatu Bata , adalah perusahaan yang merupakan Asosiasi Dari Bata Shoe Organization (BSO) yang mempunyai kantor pusat di Lausanne Swiss. Perusahaan yang memproduksi berbagai macam alas kaki yaitu sepatu kulit dan sandal, sepatu kain, sepatu sandal dan olah raga. Perusahaan ini memiliki merek-merek yang terdaftar, Disamping merk utama Kita Bata, yang lainnya yaitu Noth Star, Power, Bubblegummers, Marie Claire Dan Weinbrenner.

Ihktisar Profil
Tahun 1931, Didirikan di Indonesia sebagai importir sepatu.
Tahun 1940, Mulai produksi pada pabrik di Kalibata, Jakarta Selatan.
Tahun 1982, Tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 24 Maret.
Tahun 1994, Pabrik Purwakarta selesai di Bangun
Tahun 2008, Penjualan tanah dan bangunan di Kalibata dan Penutupan pabrik di Kalibata untuk direlokasi Ke Purwakarta.
Tahun 2008, Relokasi kantor adminitrasi dan pemasaran ke Graha Bata Cilandak Barat Jakarta.
Bata Industrial adalah satu divisi khusus dari perusahaan sepatu terbesar di dunia & Bata Shoe Organisation.
Industri alas kaki ini terbentuk dengan pengalaman lebih dari 100 Tahun, Mengkombinasikan antara bahan baku material, teknologi terkini, juga pemahaman terbaru ke dalam Bio Mekanik , kemudian Secara berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan dengan Tujuan " Menjamin Keselamatan, Kenyamanan, dan Kesehatan Pemakai. " Filosopi ini telah membawa industri sepatu Bata ke dalam reputasi terkemuka di kategori produk dan segmen perkantoran , pegawai pemerintahan dan BUMN, Airlines , karyawan bank , karyawan Hotel , industri keamanan , karyawan hotel , minyak & gas, kontruksi, bengkel , pertanian dan perkebunan, Pertambangan, Perikanan , sekolah / yayasan  Negeri, Swasta, International, rumah sakit  , Security, Hansip, dll .


Sumber : http://pt.sepatubatatbk.web.indotrading.com/ 

Signboard Advertising
Spesialis Reklame Billboard // Outdoor Advertising 

SIGNBOARD ADVERTISING
  
BATA

Kamis, 30 Mei 2013

Sejarah & Nama Bupati Purwakarta Dari Masa Ke Masa

Kronologis Sejarah


  • · Sebelum Masa Penjajahan
Tata Pemerintahan Daerah Pada Masa Sebelum Penjajahan Belanda
Keberadaan Purwakarta tidak terlepas dari sejarah perjuangan melawan pasukan VOC. Sekitar awal abad ke-17 Sultan Mataram mengirimkan pasukan tentara yang dipimpin oleh Bupati Surabaya ke Jawa Barat. Salah satu tujuannya adalah untuk menundukkan Sultan Banten. Tetapi dalam perjalanannya bentrok dengan pasukan VOC sehingga terpaksa mengundurkan diri.
Setelah itu dikirimkan kembali ekspedisi kedua dari Pasukan Mataram di bawah pimpinan Dipati Ukur serta mengalami nasib yang sama pula. Untuk menghambat perluasan wilayah kekuasaan kompeni (VOC), Sultan Mataram mengutus Penembahan Galuh (Ciamis) bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III untuk menduduki Rangkas Sumedang (Sebelah Timur Citarum). Selain itu juga mendirikan benteng pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi dan Kuta Tandingan. Setelah mendirikan benteng tersebut Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh dan wafat. Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang karena kondisi daerahnya berawa-rawa (Sunda: “Karawaan”).
Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putera Adipati Kertabumi III, yakni Adipati Kertabumi IV menjadi Dalem (Bupati) di Karawang, pada Tahun 1656. Adipati Kertabumi IV ini juga dikenal sebagai Panembahan Singaperbangsa atau Eyang Manggung, dengan ibu kota di Udug-udug.
Pada masa pemerintahan R. Anom Wirasuta putera Panembahan Singaperbangsa yang bergelar R.A.A. Panatayuda I antara Tahun 1679 dan 1721 ibu kota Karawang dari Udug-udug pindah ke Karawang, dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah antara Cihoe (Cibarusah) dan Cipunagara. Pemerintahan Kabupaten Karawang berakhir sekitar tahun 1811-1816 sebagai akibat dari peralihan penguasaan Hindia-Belanda dari Pemerintahan Belanda kepada Pemerintahan Inggris.

  • · Masa Penjajahan
Tata Pemerintahan Daerah Pada Masa Penjajahan Belanda
Antara tahun 1819-1826 Pemerintahan Belanda melepaskan diri dari Pemerintahan Inggris yang ditandai dengan upaya pengembalian kewenangan dari para Bupati kepada Gubernur Jendral Van der Capellen. Dengan demikian Kabupaten Karawang dihidupkan kembali sekitar tahun 1820, meliputi wilayah tanah yang terletak di sebelah Timur kali Citarum/Cibeet dan sebelah Barat kali Cipunagara. Dalam hal ini kecuali Onder Distrik Gandasoli, sekarang Kecamatan Plered pada waktu itu termasuk Kabupaten Bandung. Sebagai Bupati I Kabupaten Karawang yang dihidupkan kembali diangkat R.A.A. Surianata dari Bogor dengan gelar Dalem Santri yang kemudian memilih ibu kota Kabupaten di Wanayasa.
Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata atau Dalem Sholawat, pada tahun 1830 ibu kota dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih, yang kemudian diberi nama “PURWAKARTA” yang artinya Purwa: permulaan, karta: ramai/hidup. Diresmikan berdasarkan besluit (surat keputusan) pemerintah kolonial (Gubernur Jendral Hindia Belanda) tanggal 20 Juli 1831 nomor 2.
Akan tetapi, nama Sindangkasih tetap digunakan, yaitu sebagai nama distrik di wilayah ibukota kabupaten (sekarang menjadi nama kelurahan). Keputusan tentang pemberian nama Purwakarta untuk ibukota baru Kabupaten Karawang itu diumumkan dalam surat kabar pemerintah, Javasche Courant nomor 97 yang terbit Selasa tanggal 16 Agustus 1831 sebagai berikut: “Door den Gouverneur General in Rade, is bepaald dat de hoofdplaats de Assistant-residentie Krawang, voortan den naam Poerwakarta” (“Gubernur Jenderal telah menetapkan, bahwa sejak waktu itu ibu kota Afdeling/Kabupaten Karawang bernama Purwakarta”).
Surat keputusan tersebut adalah sumber akurat dan primer serta mengandung makna yuridis formal. Oleh karena itu, tanggal 20 Juli 1831 merupakan fakta sejarah tentang berdirinya kota/tempat bernama Purwakarta. Momentum inilah yang kemudian menjadi dasar dari Hari Jadi Purwakarta yang diperingati tiap tahun.
Mengapa ibukota baru itu diberi nama Purwakarta? Mengenai asal-usul dan arti nama Purwakarta pun terdapat beberapa versi. Versi umum menyatakan nama itu berasal dari kata purwa dan karta dalam bahasa Sansakerta. Purwa berarti yang pertama, karta berarti aman tentram dan tertib atau ramai. Akan tetapi penjelasan mengenai arti kedua kata itu berbeda antara satu versi dengan versi lain. Ada versi yang menghubungkan arti Purwakarta dengan perang Cina Makao. Versi lain menghubungkan kata itu dengan nama Purbasari, salah seorang penasehat/kepercayaan Bupati R.A. Suriawinata yang besar peranannya dalam mencari tempat untuk ibukota baru Kabupaten Karawang. Menurut versi itu, kata purwa berasal dari kata purba, nama bagian depan dari Purbasari. Versi mana yang paling mendekati kebenaran, memerlukan penelitian secara khusus.
Sejak itu dimulailah pembangunan terutama dibidang fisik infrastruktur, antara lain dengan pengurugan rawa-rawa untuk pembuatan Situ Buleud, Pembuatan Gedung Keresidenan, Pendopo, Mesjid Agung, Tangsi Tentara di Ceplak, termasuk membuat Solokan Gede, Sawah Lega dan Situ Kamojing. Pembangunan terus berlanjut sampai pemerintahan Bupati berikutnya.

  • · Pasca Kemerdekaan
Pembagian Wilayah Pemerintahan Dari Tahun 1945-1999
Kabupaten Karawang dengan ibu kotanya di Purwakarta berjalan sampai dengan tahun 1949. Pada tanggal 29 Januari 1949 dengan Surat Keputusan Wali Negeri Pasundan Nomor 12, Kabuapten Karawang dipecah dua yakni Karawang Bagian Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibu kota di Subang dan Karawang Bagian Barat menjadi Kabupaten Karawang. Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 1950, tentang pembentukan daerah kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat, selanjutnya diatur penetapan Kabupaten Purwakarta, dengan ibu kota Purwakarta, yang meliputi Kewedanaan Subang, Sagalaherang, Pamanukan, Ciasem dan Purwakarta.
Pada tahun 1968, berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang SK Wali Negeri Pasundan dirubah dan ditetapkan Pembentukan Kabupaten Purwakarta dengan Wilayah Kewedanaan Purwakarta di tambah dengan masing-masing dua desa dari Kabupaten Karawang dan Cianjur. Sehingga pada tahun 1968 Kabuapten Purwakarta hanya memiliki 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Purwakarta, Plered, Wanayasa dan Campaka dengan jumlah desa sebanyak 70 desa. Untuk selanjutnya dilaksanakan penataan wilayah desa, kelurahan, pembentukan kemantren dan peningkatan status kemantren menjadi kecamatan yang mandiri. Maka saat itu Kabupaten Purwakarta memiliki wilayah: 183 desa, 9 kelurahan, 8 kamantren dan 11 kecamatan.
Berdasarkan perkembangan Kabupaten Purwakarta, pada tahun 1989 telah dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 821.26-672 tanggal 29 Agustus 1989 tentang lahirnya lembaga baru yang bernama Wilayah Kerja Pembantu Bupati Purwakarta Wilayah Purwakarta yang meliputi Wilayah Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Campaka, Perwakilan Kecamatan Cibungur yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada di Purwakarta. Sedangkan wilayah kerja Pembantu Bupati Wilayah Plered meliputi wilayah Kecamatan Plered, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Tegalwaru, Kecamatan Maniis, Kecamatan Sukatani yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada di Plered. Wilayah kerja Pembantu Bupati Wilayah Wanayasa yang meliputi Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Pasawahan, Kecamatan Bojong, Perwakilan Kecamatan Kiarapedes, Perwakilan Kecamatan Margasari, dan Perwakilan Kecamatan Parakansalam yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta Wilayah Wanayasa berada di Wanayasa yang telah diresmikan pada tangga 31 Januari 1990 oleh Wakil Gubernur Jawa Barat.
Setelah diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, serta dimulainya pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Purwakarta tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001. Serta melalui Peraturan Daerah No. 22 tahun 2001, telah terjadi restrukturisasi organisasi pemerintahan di Kabupaten Purwakarta. Jumlah Dinas menjadi 18 Dinas, 3 Badan dan 3 Kantor serta Kecamatan berjumlah 17 buah, Kelurahan 9 buah dan desa 183 buah.

Riwayat Para Pelaku
I. Para Bupati Karawang yang berkedudukan di Karawang
1. Tahun 1633-1679Penembahan Singaperbangsa/Adipati Kertabumi IV/Eyang Manggung, berkedudukan di Udug-udug sebagai Bupati Pertama yang merintis pendirian kota Kerawang
2. Tahun 1679-1721R. Anom Wirasuta/RAA Panatayuda I, yang memindahkan ibukota ke Karawang. (Bupati II)
3. Tahun 1721-1732Rd. Jayanagara/RA Panatayuda II (Bupati III), kemudian dikenal sebagai “Panembahan Waru Tengah’
4. Tahun 1732-1752R. Singanagara/RA Panatayuda III (Bupati IV) alis Raden Martanegara, dikenal dengan julukan “Panembahan Waru Ilir’.
5. Tahun 1752-1786R. Moh Soleh alias Raden Muhammad Zainal Abidin/RA Panatayuda IV (Bupati V), dikenal dengan julukan “dalem Balon” atau ‘ dalem Sorambi”.
6. Tahun 1786-1809RAA Singasari Panatayuda (Bupati VI), dikenal dengan julukan “Panembahan Singasari” dan “Kiyai Sepuh”.
7. Tahun 1811- 1813RA Suriadilaga (Bupati VII), dikenal dengan nama “dalem talun”.
8. Tahun 1813-1820RA Sastradipura (Bupati VIII)

II. Para Bupati Karawang yang berkedudukan di Purwakarta
Periode Wanayasa
9. Tahun 1821-1828RA Surianata/Dalem Santri, yang menetapkan ibukota di Wanayasa, selanjutnya wafat dan dimakamkan di tengah Situ Wanayasa (Bupati IX/I)
10. Tahun 1829-1830RA Suriawinata atau Dalem Sholawat yang memindahkan ibukota dari Wanayasa ke Sindangkasih dan selanjutnya memberi nama Purwakarta (Bupati X/II).
Periode Purwakarta
10. Tahun 1830-1849RA Suriawinata atau Dalem Sholawat. Ia adalah perintis pembangunan kota Purwakarta.
11. Tahun 1849-1854R. Sastranegara/R. Moch. Enoch (Bupati XI/III). Dimakamkan di belakang mesjid Agung Purwakarta
12. Tahun 1854-1863RAA Sastradiningrat I/Uyang Ayim yang membangun pendopo kabupaten, Mesjid Agung dan Situ Buleud (Bupati XII/IV)
13. Tahun 1863-1886RAA Sastradiningrat II (Bupati XIII/V), dijuluki sebagai “Dalem Bintang”.
14. Tahun 1886-1911R. Suriakusumah/RAA Sastradiningrat III (Bupati XIV/VI)
15. Tahun 1911-1925RA Gandanegara, Bupati terakhir keturunan Singaperbangsa (Bupati XV/VII). Ia adalah bupati terakhir keturunan Singaperbangsa. Ia dimakamkan di belakang Mesjid Agung Purwakarta.
16. Tahun 1925-1942Suriamiharja/Adipati Sangsakuning, Bupati terakhir sebelum pendudukan Jepang (Bupati XVI/VIII)
17. Tahun 1942-1945R. Pandasuriadiningrat/Konco Bupati XVII/IX, saat pendudukan Jepang

III. Para Bupati Purwakarta yang berkedudukan di Subang
18. Tahun 1945-1948R. Juarsa, Bupati Karawang XVIII/X dan kemudian mengungsikan ibukota ke Subang.
19 Tahun 1947-1948Danta Ganda Wikrama (Bupati RI Pemerintahan Darurat Karawang Timur)
20. Tahun 1948-1949R. Ateng Supraja (Bupati Recomba, membawahi wilayah eks-Karawang Timur)
21. Tahun 1948-1950R. Sunarya Ronggowaluyo, Bupati RI
22. Tahun 1949-1950RM. Hasan Suria Sacakusuma, Bupati Recomba II (Bupati masa Negara Pasundan/RIS)
Daftar Bupati Kabupaten Purwakarta (Periode Subang)
1. Tahun 1950-1958RPS. Hadipranata, Bupati Kab. Purwakarta I berdasarkan UU No. 14 tahun 1950, sementara berkedudukan di Subang (Bupati Purwakarta I)
2. Tahun 1958-1959M. Tanu Gandawidijaja, Pejabat Bupati (Bupati II). Ia adalah bupati dalam arti kepala daerah, dipilih oleh DPRD
3. Tahun 1959-1966Tb. Mochamad Hasan Sutawinangun (Bupati III)
4. Tahun 1966-1968Letkol. RHA Samsudin, Bupati Purwakarta IV, selanjutnya menjadi Bupati Subang I.
IV. Para Bupati Kabupaten Purwakarta yang berkedudukan di Purwakarta
1. Tahun 1968-1969RH. Sunaryo. Ronggowaluyo, Pejabat Bupati (Bupati V/I). Pelantikannya bersamaan dengan peresmian pembentukan Kabupaten Purwakarta baru, ibukota Purwakarta
2. Tahun 1969-1979Kol. Inf. RA. Muchtar (Bupati VI/I)
3. Tahun 1979-1980Kol. Inf. RHA. Abubakar, Pejabat Bupati merangkap Residen Wilayah IV (Bupati VII/III)
4. Tahun 1980-1982Letkol. AU. Drs. Mukdas Dasuki (Bupati VIII/IV)
5. Tahun 1982-1983Kol.Inf. (Purn) RHA Abubakar ditunjuk kembali sebagai Pejabat Bupati merangkap Pembantu Gubernur Wilayah IV/Ka. Itwil Propinsi (Bupati IX/V)
6. Tahun 1983-1988Drs. H. Soedarna TM, S.H. sebagai Bupati Purwakarta yang berkedudukan di Purwakarta. Bupati VI atau Bupati Kabupaten Purwakarta X sejak Kabupaten Purwakarta masih berkedudukan di Subang.
7. Tahun 1988-1993Drs. H. Soedarna TM, S.H sebagai Bupati Purwakarta VII yang kedua kalinya.
8. Tahun 1993-2003Drs. H. Bunyamin Dudih, S.H, menjabat sebagai Bupati Purwakarta VIII. (dua kali masa jabatan/dua periode)
9. Tahun 2003-2007Drs. H. Lily Hambali Hasan, M.Si. Menjabat sebagai Bupati Purwakarta IX. (Untuk pertama kalinya, mempunyai Wakil Bupati, yaitu H. Dedi Mulyadi, SH)
9. Tahun 2007-SekarangH. Dedi Mulyadi, SH. Menjabat sebagai Bupati Purwakarta X. Wakil Bupati, Drs. H. Dudung B. Supardi,


Berikut Profile Bupati Purwakarta dari masa ke masa :

RH. SUNARYO. RONGGOWALUYO
( Bupati Periode 1968 - 1969 ) 

Kol. Inf. RA. MUCHTAR
( Bupati Periode 1969 - 1979 )


Kol. Inf. RHA. ABU  BAKAR
( Bupati Periode 1979 - 1980 dan 1982 - 1983 )  


Letkol. AU. Drs. MUKDAS DASUKI
( Bupati Periode 1980 - 1982 ) 


Drs. H. SOEDARNA  TM, S.H
( Bupati Periode 1983 - 1988 dan 1988 - 1993 )


Drs. H. BUNYAMIN DUDIH , S.H
( Bupati Periode 1993 - 1998 dan 1998 - 2003 ) 


Drs. H. LILY  HAMBALI  HASAN, Msi
( Bupati Periode 2003 - 2008 )  

H. DEDI MULYADI, SH
( Wakil Bupati Periode 2003 - 2008 ) 


H. DEDI  MULYADI, SH
( Bupati Periode 2008 - Sekarang ) 
Drs. H. DUDUNG  B. SUPARDI, MM
( Wakil Bupati Periode 2008 - Sekarang )  


Sumber :: http://purwakartakab.go.id

Senin, 22 April 2013

Investasi di Jakarta // Info Advertising Purwakarta

Jakarta merupakan Ibukota Republik Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan sekitar 13.000 pulau dan penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kebhinekaan dalam suku bangsa, bahasa, budaya, serta adat dan agama. Kebhinekaan tersebut tercermin pula di ibukota negara, Jakarta.
Jakarta- yang dewasa ini berpenduduk hampir sepuluh juta jiwa - merupakan salah satu kota di Asia yang paling sering dibicarakan dengan berbagai alasan yang wajar. Jakarta telah berkembang secara luar biasa dan akan berada pada kedudukan terdepan dan bertanggungjawab di Asia pada dasawarsa-dasawarsa mendatang.
Jakarta mempunyai kedudukan khas, baik sebagai ibukota negara maupun ibukota daerah swatantra. Jakarta juga merupakan pusat kegiatan sosial dan budaya dengan berbagai sarana terbaik di Indonesia dalam bidang pendidikan, budaya, olah raga, dan kesehatan. Jakarta merupakan gerbang utama Indonesia. Letaknya yang strategis di Kepulauan Indonesia, menyediakan layanan angkutan darat, udara, dan laut terbaik di Indonesia.
Kota Jakarta merupakan salah satu pelabuhan tujuan utama bagi masuknya pengusaha dan wisatawan. Jakarta merupakan sebuah kota metropolitan yang memiliki pertumbuhan sangat cepat, yang mencerminkan budaya, politik, ekonomi, sosial dan perkembangan ekonomi bangsa Indonesia. Jakarta direncanakan dan dideklarasikan menjadi tempat untuk kegiatan dan konvensi dan sebagai tujuan yang menarik bagi tempat bisnis dan rekreasi. Dengan adanya kemudahan-kemudahan di Jakarta, posisi strategic di Asia Pacific dan dengan cakupannya yang luas dengan fasilitas barn & telah diupgrade, Jakarta memiliki segmen yang besar bagi pasar untuk tempat-tempat pertemuan, pendorong, pameran dan konvensi (MICE) Indonesia. Pusat Konvensi Jakarta (JCC), merupakan tempat pertemuan internasional paling besar di Indonesia dan mempunyai kapasitas untuk 8,000 orang untuk setiap sesinya, dan dapat dipesan untuk acara-acara tertentu.  Sumber : jakarta.go.id